1. Berkenalan dengan Huruf
Sebelum
kita masuk ke perancangan, kita harus (setidaknya) mengenal jenis-jenis
huruf yang ada, lalu mengenal karakteristik huruf tersebut (berhubungan
dekat dengan no.2 dibawah).
Umumnya,
huruf yang ada menyebar dimana-mana digolongkan menjadi empat jenis
kelompok besar. Golongan-golongan tersebut adalah huruf yang memiliki
kait di setiap ujungnya (Serif), huruf tanpa kait di setiap ujungnya (Sans Serif), huruf dengan struktur menyerupai tulisan tangan (Script) dan huruf yang dihias (Decorative).
Contoh huruf-huruf Serif : Times New Roman, Bodoni, Book Antiqua, Bookman Old Style, Cambria dan lain sebagainya.
G.01 Times New Roman |
G.02 Bodoni MT |
G.03 Book Antiqua |
G.04 Bookman Oldstyle |
G.05 Cambria |
Contoh huruf-huruf Sans Serif : Arial, Calibri, Helvetica, Trebuchet, Verdana, Avant Garde, Century Gothic, Myriad Pro dan lain sebagainya.
Contoh huruf-huruf Script
: Brush Script, Edwardian Script, Script MT (Bold), English111 Vivace
BT, Lucida Blackletter, Lucida Handwriting dan lain sebagainya.
G.11 Brush Script MT (Bold) |
G.12 Edwardian Script |
G.13 English111 Vivace BT |
G.14 Lucida Blackletter |
G.15 Lucida Handwriting |
Contoh huruf-huruf Decorative: Babby Kruffy, Batman Forever, Ransom, Broadway, Cheatin, Chicken Scratch, Crass, Curlz MT dan lain sebagainya.
G.16 Baby Kruffy |
G.17 Batman Forever |
G.18 Ransom |
G.19 Chicken Scratch |
G.20 Crass |
G.21 Curlz MT |
G22. Font dengan karakteristik tertentu |
G.23 Film yang menjadi referensi visual kita |
Saya rasa penggunaan jenis font (warna dan skala) judul film pada gambar G.23 sudah sangat tepat. Kita bisa rasakan perbedaan citra atau karakter yang muncul jika jenis hurufnya kita ganti seperti pada gambar G.24 dibawah ini.
G.24 Perubahan citra yang diakibatkan perubahan jenis huruf |
Ya, kita bisa merasakan dengan pasti kan, kalau penggunaan jenis huruf pada gambar G.24 justru mengurangi citra petualangannya. Itu karena kita sudah "sepakat" bahwa karakter Indiana Jones adalah Adventure dan citra Adventure tersebut diwakili oleh jenis huruf adventure pada gambar G.22 bukan? semoga Sobat Bloggers tidak bingung yah :D
G.25 Mana saja citra yang cocok? (klik gambar untuk memperbesar) |
Gambar
G.25 menunjukkan bahwa dalam mengungkap sebuah citra, persepsi huruf
dapat berbeda, tergantung konteks bentuk hurufnya. Misalkan kata "Gagah
Berani" pada kolom kiri baris pertama dengan pada baris ke-enam mungkin
konteksnya berbeda jaman atau waktu.
Baris
pertama mengisyaratkan citra gagah berani milik tentara, namun baris
terakhir mencitrakan gagah berani para koboi di daerah Barat.
Dengan
melihat beberapa contoh diatas dengan menggunakan berbagai jenis
huruf, kita dapat menilai jenis huruf mana yang cocok dipasangkan dengan
kata "GAGAH BERANI" tersebut :)
Sebenarnya kita bisa belajar melalui melihat contoh-contoh nyata yang ada di sekitar kita. Dengan melihat contoh-contoh tersebut lambat laun kita akan belajar menajamkan indera perasaan kita, sehingga nantinya kita bisa dengan cepat merasakan "pas" atau tidaknya sebuah penggunaan jenis huruf pada sebuah desain. Dengan kata lain, kita harus lebih peka melihat citra tipografi dalam setiap aplikasi desain seperti pada reklame, billboard, spanduk, kemasan, logo dan lain sebagainya.
2. Kenali Masalahnya
STOP!
Anda jangan buru-buru menyalakan laptop atau komputer apalagi membuka
program pengolah vektor (Adobe Illustrator atau CorelDraw). Menurut saya
ini adalah salah satu kelemahan desainer, yaitu kita terlalu
bersemangat menuangkan gagasan-gagasan di kepala kita dengan menggunakan
bantuan piranti komputer.
Kelemahan yang saya maksudkan adalah dengan langsung membuat desain di komputer, akan menjerumuskan dan mengaburkan visi gagasan yang sudah kita miliki sebelumnya. Ibaratnya kita sudah punya imajinasi font yang cocok, namun di komputer kita akan bertemu beribu-ribu font - setelah kita melihat semua font di komputer dengan harapan akan menemukan font yang cocok, alih-alih kita akan terjebak dan kebingungan sendiri akan menggunakan font yang mana. Hal itu diakibatkan karena kita tidak memiliki jalur konsep, sehingga kita dengan mudah kehilangan arah (visi gagasan).
Kita seringkali terlena bahwa desainer yang baik adalah desainer yang menguasai keahlian komputer. Memang demikian, namun keahlian komputer BUKAN yang utama.
Menurut saya hal yang terutama adalah bagaimana cara kita memahami permasalahan yang hendak kita hadapi dan berpikir mengenai konsep serta pemecahan masalah tersebut. Ya, langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menuliskan semua pemikiran Sobat Bloggers di atas kertas (mind mapping) langkah selanjutnya adalah melakukan riset tentang masalah yang sedang dihadapi. Dari dua langkah tadi, kita dilatih untuk menjadi lebih mengenal permasalahan dan lebih dekat dengan solusinya. Okay, mungkin Anda sedikit bingung membaca penjelasan saya ini. Saya akan coba berikan contoh:
Misalkan kita diminta untuk membuat sebuah poster film dengan tema horror tradisional mencekam yang berasal dari suatu daerah di Propinsi Jawa Barat, dengan setting waktu sekitar tahun 1980an. Setelah mengetahui gambaran umum masalahnya, kita jangan buru-buru memilih huruf yang akan dipakai di komputer. Mungkin di pikiran kita sudah memiliki gambaran jenis huruf yang terasa cocok dengan tema film tersebut, namun secara khusus permasalahan bertumpu pada budaya daerah tertentu dan pada masa waktu tertentu pula.
Dengan demikian langkah pertama adalah: Mind Mapping, tuliskan semua hal-hal atau gagasan yang berkaitan dengan topik tersebut, tuliskan apa saja - jangan ragu-ragu pokoknya Anda tuliskan semua yang terlintas di benak Anda.
Langkah
kedua adalah Melakukan Riset. Anda bisa membaca buku, mengobrol dengan
para pakar atau narasumber, budayawan, Anda bisa mendatangi perpustakaan
setempat dan membaca mengenai literatur budaya atau dokumentasi
setempat dan lain sebagainya. Seperti telah dijelaskan di atas, maksud
dari kedua langkat ini adalah supaya Anda semakin mengenal dan memahami
duduk perkara permasalahan dengan demikian harapannya Anda akan semakin
dekat dengan titik terang rancangan desain poster film horror tersebut.
Semakin Anda mengenali permasalahannya (contoh film horror diatas) maka semakin tajam juga konsep yang akan Anda buat. Misalkan dengan memahami jalan cerita atau naskah filmnya, kita tidak mungkin "memukul rata" semua film horror indonesia menggunakan jenis huruf yang berdarah-darah dan menetes. Kenapa? karena belum tentu film tersebut mengutamakan "darah-darah"nya tadi.. iya kan? :)
Kelemahan yang saya maksudkan adalah dengan langsung membuat desain di komputer, akan menjerumuskan dan mengaburkan visi gagasan yang sudah kita miliki sebelumnya. Ibaratnya kita sudah punya imajinasi font yang cocok, namun di komputer kita akan bertemu beribu-ribu font - setelah kita melihat semua font di komputer dengan harapan akan menemukan font yang cocok, alih-alih kita akan terjebak dan kebingungan sendiri akan menggunakan font yang mana. Hal itu diakibatkan karena kita tidak memiliki jalur konsep, sehingga kita dengan mudah kehilangan arah (visi gagasan).
Kita seringkali terlena bahwa desainer yang baik adalah desainer yang menguasai keahlian komputer. Memang demikian, namun keahlian komputer BUKAN yang utama.
Menurut saya hal yang terutama adalah bagaimana cara kita memahami permasalahan yang hendak kita hadapi dan berpikir mengenai konsep serta pemecahan masalah tersebut. Ya, langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menuliskan semua pemikiran Sobat Bloggers di atas kertas (mind mapping) langkah selanjutnya adalah melakukan riset tentang masalah yang sedang dihadapi. Dari dua langkah tadi, kita dilatih untuk menjadi lebih mengenal permasalahan dan lebih dekat dengan solusinya. Okay, mungkin Anda sedikit bingung membaca penjelasan saya ini. Saya akan coba berikan contoh:
Misalkan kita diminta untuk membuat sebuah poster film dengan tema horror tradisional mencekam yang berasal dari suatu daerah di Propinsi Jawa Barat, dengan setting waktu sekitar tahun 1980an. Setelah mengetahui gambaran umum masalahnya, kita jangan buru-buru memilih huruf yang akan dipakai di komputer. Mungkin di pikiran kita sudah memiliki gambaran jenis huruf yang terasa cocok dengan tema film tersebut, namun secara khusus permasalahan bertumpu pada budaya daerah tertentu dan pada masa waktu tertentu pula.
G.26 Mind mapping tetap gunakan media tulis jangan menggunakan software mind mapping di komputer |
Dengan demikian langkah pertama adalah: Mind Mapping, tuliskan semua hal-hal atau gagasan yang berkaitan dengan topik tersebut, tuliskan apa saja - jangan ragu-ragu pokoknya Anda tuliskan semua yang terlintas di benak Anda.
G.27 Riset merupakan koridor Anda dalam membangun konsep |
Semakin Anda mengenali permasalahannya (contoh film horror diatas) maka semakin tajam juga konsep yang akan Anda buat. Misalkan dengan memahami jalan cerita atau naskah filmnya, kita tidak mungkin "memukul rata" semua film horror indonesia menggunakan jenis huruf yang berdarah-darah dan menetes. Kenapa? karena belum tentu film tersebut mengutamakan "darah-darah"nya tadi.. iya kan? :)
3. Jangan Cepat Puas
Okay,
tips selanjutnya yang menurut saya perlu dibahas disini adalah perasaan
jangan cepat puas. Maksudnya bisa secara konseptual maupun eksekusi
pembuatan visual desain. Kita sebaiknya terus-menerus menggali dan
mengembangkan gagasan secara konsep, karena nantinya konsep tersebut
yang akan dipakai sebagai acauan untuk membuat visual. Dan setelah kita
membuat visual, jangan terlalu cepat puas juga. Biasakan membuat
alternatif desain yang banyak, karena biasanya visual pada tahap-tahap
awal masih merupakan ide atau gagasan "pemanasan". Maksudnya gagasan
yang juga terpikirkan oleh orang lain. Jadi teorinya, semakin kita
menggali serta mengembangkan gagasan maupun teknis visual kita, maka
akan semakin unik desain yang kita buat.
Ya, jangan lupa bahwa desain grafis itu sangat dinamis, maksudnya adalah banyak hal yang bisa kita ubah menjadi alternatif desain yang berbeda. Hal tersebut adalah elemen desain itu sendiri seperti ukuran, bentuk, warna, layout dan lain sebagainya. Pembahasan khusus mengenai elemen desain grafis beserta prinsip-prinsipnya bisa Anda baca disini ;)
Ya, jangan lupa bahwa desain grafis itu sangat dinamis, maksudnya adalah banyak hal yang bisa kita ubah menjadi alternatif desain yang berbeda. Hal tersebut adalah elemen desain itu sendiri seperti ukuran, bentuk, warna, layout dan lain sebagainya. Pembahasan khusus mengenai elemen desain grafis beserta prinsip-prinsipnya bisa Anda baca disini ;)
4. Jangan Malas
Ya,
siapapun pasti pernah terserang oleh perasaan malas. Rasa malas kadang
sulit sekali untuk dilawan, alhasil kita akan mengambil jalan cepat atau
jalan mudahnya saja, yaitu ya.. desain yang seadanya.
Kalau kita dituntut untuk menghasilkan karya desain yang profesional, maka mau tidak mau kita harus mampu mengatasi masalah yang satu ini. Kunci untuk melawan rasa malas tersebut adalah motivasi diri, pikirkan apa yang dapat memotivasi Anda untuk tetap maju melakukan riset di luar kota, membuat berbagai macam alternatif desain, mengembangkan gagasan, mencari sumber-sumber referensi desain, mencari jenis-jenis font di komputer dan lain sebagainya.
Kalau kita dituntut untuk menghasilkan karya desain yang profesional, maka mau tidak mau kita harus mampu mengatasi masalah yang satu ini. Kunci untuk melawan rasa malas tersebut adalah motivasi diri, pikirkan apa yang dapat memotivasi Anda untuk tetap maju melakukan riset di luar kota, membuat berbagai macam alternatif desain, mengembangkan gagasan, mencari sumber-sumber referensi desain, mencari jenis-jenis font di komputer dan lain sebagainya.
5. Batasi Diri!
Ya,
poin nomor 5 ini adalah kebalikan dari nomor 4 diatas. Biasanya kita
terlalu bersemangat mendesain, dalam hal ini konteksnya memilih jenis
huruf. Dikarenakan terlalu bersemangat memilih dan memilah berbagai
jenis huruf, kita seringkali lupa bahwa pada halaman desain yang kita
buat, dibangun dari banyak sekali jenis huruf yang berbeda. Umumnya kita mempertimbangkan jumlah jenis huruf yang akan ditampilkan, apalagi jenis-jenis huruf tersebut berasal dari kelompok yang berseberangan (Serif, Sans Serif, Script dan Decorative). Apabila hal ini tetap dipaksakan, maka visual desain kita akan menjadi tidak enak dipandang. Karena kita harus tetap ingat, bahwa elemen desain yang digunakan tidak hanya huruf saja, mungkin masih ada foto, ilustrasi, bentuk-bentuk organik-geometrik, permainan warna, ukuran dan lain sebagainya.
Sebaiknya gunakan maksimal dua jenis huruf yang berbeda, tapi kalau memang dibutuhkan sekali, ya tiga juga tidak apa-apa (deh) :p
Tipsnya adalah gunakan sedikit jenis huruf, namun manfaatkan keluarga huruf tersebut (family type). Misalkan untuk pesan utama gunakan Arial Black dengan ukuran maksimal 24pt, untuk sub-pesan utama tersebut kita bisa gunakan Arial (Bold) 14pt, untuk isi teks kita bisa gunakan Arial (Regular) 12 point dan sebagainya.
Perlu diingat bahwa desain yang terlalu memaksakan semua unsur desainnya untuk muncul akan mengakibatkan informasi dan komunikasi yang hendak disampaikan menjadi tidak jelas sehingga sulit diterima oleh audience.
Posting Komentar